Assalamu’alaikum wr.wb
Hari ini, memang bukan Hari Ibu, dan artikel ini juga tidak
sedang dalam perlombaan yang bertemakan Ibu. Tetapi, di artikel ini saya akan
menceritakan sosok Ibu, yang khususnya adalah ibu saya sendiri.
Arti mendalam dari ibu, menurut saya sendiri adalah seorang
wanita biasa, yang diciptakan menjadi luar biasa. Maksudnya, dia adalah wanita
yang bisa menjadi siapapun dan bahkan mampu berjuang dan mengorbankan nyawanya
untuk keluarga yang sangat disayanginya. Ibu, mampu bekerja sendiri dengan
waktu 24 jam sepanjang hidupnya hanya untuk keluarga. Dengan ketegaran dan kesabarannya
ia selalu lakukan tanpa mengucap kata “lelah”, dan tidak pernah meminta gaji
sepeserpun. Intinya, Ibu adalah wanita istimewa,
yang memiliki wajah juga hati yang
sangat cantik dan sangat mulia, yang tidak akan pernah bisa tergantikan.
Dan di hari kemarin, adalah hari dimana ibu saya masuk rumah
sakit. Dia mengidap penyakit tumor pada payudara, sehingga harus diangkat
melalui proses operasi. Awal kedatangan ibu saya ke Rumah Sakit yaitu pukul 18.20, dan saat itu langsung bertemu dengan
proses infus. Hebatnya ibu saya, dari awal sampai akhir ia tidak pernah ingin
terlihat sakit, itulah kenapa semua orang kaget dan tidak menyangka ketika
mendengar bahwa ibu saya sakit.
Di hari kedua, yaitu tanggal 2 Agustus adalah hari dimana ibu
dioperasi. Sebelumnya, beliau harus berpuasa dari pukul 03.00 subuh hingga
selesai proses operasi. Kebetulan, ibu saya memegang nomor urutan awal untuk
memasuki ruang operasi, dan dihari itu saya memutuskan untuk pergi sekolah. Saat
di sekolah, saya mendapatkan kabar bahwa, ibu sudah masuk ke dalam ruang operasi
pada pukul 11.00 siang,. Berdo’a dan terus berdo’a dari kejauhan agar proses operasinya lancar,
hanya itu yang dapat saya lakukan saat berada di sekolah. Hingga akhirnya bel
pulang sekolah berbunyi, hari itu saya tidak pulang ke rumah, saya langsung
pergi ke Rumah Sakit karena sangat penasaran dengan kondisi ibu saat itu.
Sampai di Rumah Sakit, kedua kakak saya dan ayah saya
berkumpul di sana. Ternyata, ibu belum keluar dari ruang operasi. Kami menunggu
dengan sabar, dan di jam 15.32 Dewan Penggalang 30 memberitahu saya bahwa
mereka sudah berada di lantai 3, tempat ibu saya dirawat. Akhirnya, saya
menyusul mereka dan saat itu kami berbincang kurang lebih hingga pukul 16.58
yang diakhiri dengan membaca surat Yaasin dan ayat-ayat Al-Quran lainnya.
Setelah mereka pulang, saya kembali ke ruang operasi, dan
ternyata ibu masih belum keluar. Berjam-jam kami menunggu. Yang saya,
kakak-kakak saya, dan ayah saya rasakan saat itu adalah rasa khawatir, gemetar,
sedih, dan rasa takut, karena yang kami
lihat pasien lain sudah selesai dan keluar dari ruangan tersebut. Namun, ibu
saya yang memiliki nomor urut awal pemanggilan, hingga pukul 19.15 belum juga
keluar. Akhirnya, pada jam 20.10 ibu saya baru selesai dan beliau menjadi
pasien terakhir yang di operasi, sangat bingung memang tapi apalah daya, yang
terpenting adalah semuanya lancar dan beliau selamat. Saat itu, pintu ruangan
terbuka, dan penunggu pasien tidak boleh masuk. Disini, ibu masih belum
tersadar sepenuhnya, namun ada suatu peristiwa yang sangat menyentuh hati saya,
yaitu ketika ibu dari dalam menyodorkan tangan kepada kami dan yang dia ucapkan
adalah “mana bapak ? hoyong salim ka bapak, hayong dicium ku bapak” (itu
menggunakan bahasa sunda). Disitu, ayah saya langsung menghampiri ibu dan
mencium kening ibu. Dari awal hingga akhir perasaan saya adalah sedih, dan
ingin menangis. Namun, saya tidak bisa, saya tidak mau meneteskan air mata saya
didepan kedua orang tua, apalagi ibu. Karena satu tetes air mata anak adalah
seribu tetesnya air mata ibu, dan sakitnya anak akan terasa sangat sakit bila
ibu mengetahui. Dan dari peristiwa itu, saya bisa menyimpulkan bahwa mulianya
seorang istri yang telah memiliki anak, ketika diberi izin oleh suami untuk
menjalani suatu operasi. Dan selalu berbagi rasa syukur atas keselamatan yang
ibu saya dapatkan.
Di malam itu, ibu masih belum bisa sadar total, walaupun
sudah kembali kedalam ruang perawatan. Rasa panik adalah yang kami rasakan saat
itu, mengingat ibu yang masuk ruang operasi pukul 11.00 dan keluar pukul 20.10,
dan di pukul 21.13 masih belum sadar
total. Penunggu pasien yang lain pun ikut merasakan ke-panikan dan
ke-khawatiran yang kami sangat kami rasakan. Akhirnya, setelah ibu istirahat
dan terbangun di pagi harinya, ibu mulai sadar dengan sempurna walaupun rasa
mual dan pusing akibat pengaruh obat biusnya masih ada. Di hari ini, saya
memutuskan untuk tidak sekolah, yang saya pikir bila saya sekolah yang akan memberi
obat untuk ayah dan membasuh muka ibu saya siapa ? karena kedua kakak saya
tidak mengetahui obat yang mana saja yang harus ayah minum, terlebih kedua
kakak saya tidak tidur di Rumah Sakit. Namun, setiap pagi mereka selalu datang
melihat keadaan ibu dan ayah.
Sore harinya ibu boleh pulang, walau masih dengan keadaan
mual dan pusing. Untuk sekarang, masih belum jelas apakah penyakit tumor yang
ibu alami adalah tumor ringan atau tumor ganas, karena masih dalam proses
penelitian. Namun, semoga penyakit ini cukup sampai disini dan tidak berlanjut
lagi. Karena saat ibu sakit, tidak ada penghibur di dunia ini. Intinya, kami
masih membutuhkan do’a dari semuanya agar penyakit ini sama sekali tidak
berkepanjangan.
Sekian..
Terimakasih..
*terimakasih juga untuk do’a dari semuanya