Thursday, August 3, 2017

   Assalamu’alaikum wr.wb

    Hari ini, memang bukan Hari Ibu, dan artikel ini juga tidak sedang dalam perlombaan yang bertemakan Ibu. Tetapi, di artikel ini saya akan menceritakan sosok Ibu, yang khususnya adalah ibu saya sendiri.

    Arti mendalam dari ibu, menurut saya sendiri adalah seorang wanita biasa, yang diciptakan menjadi luar biasa. Maksudnya, dia adalah wanita yang bisa menjadi siapapun dan bahkan mampu berjuang dan mengorbankan nyawanya untuk keluarga yang sangat disayanginya. Ibu, mampu bekerja sendiri dengan waktu 24 jam sepanjang hidupnya hanya untuk keluarga. Dengan ketegaran dan kesabarannya ia selalu lakukan tanpa mengucap kata “lelah”, dan tidak pernah meminta gaji sepeserpun.  Intinya, Ibu adalah wanita istimewa, yang  memiliki wajah juga hati yang sangat cantik dan sangat mulia, yang tidak akan pernah bisa tergantikan.
    
    Dan di hari kemarin, adalah hari dimana ibu saya masuk rumah sakit. Dia mengidap penyakit tumor pada payudara, sehingga harus diangkat melalui proses operasi. Awal kedatangan ibu saya ke Rumah Sakit yaitu pukul  18.20, dan saat itu langsung bertemu dengan proses infus. Hebatnya ibu saya, dari awal sampai akhir ia tidak pernah ingin terlihat sakit, itulah kenapa semua orang kaget dan tidak menyangka ketika mendengar bahwa ibu saya sakit.

    Di hari kedua, yaitu tanggal 2 Agustus adalah hari dimana ibu dioperasi. Sebelumnya, beliau harus berpuasa dari pukul 03.00 subuh hingga selesai proses operasi. Kebetulan, ibu saya memegang nomor urutan awal untuk memasuki ruang operasi, dan dihari itu saya memutuskan untuk pergi sekolah. Saat di sekolah, saya mendapatkan kabar bahwa, ibu sudah masuk ke dalam ruang operasi pada pukul 11.00 siang,. Berdo’a dan terus  berdo’a dari kejauhan agar proses operasinya lancar, hanya itu yang dapat saya lakukan saat berada di sekolah. Hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, hari itu saya tidak pulang ke rumah, saya langsung pergi ke Rumah Sakit karena sangat penasaran dengan kondisi ibu saat itu.

    Sampai di Rumah Sakit, kedua kakak saya dan ayah saya berkumpul di sana. Ternyata, ibu belum keluar dari ruang operasi. Kami menunggu dengan sabar, dan di jam 15.32 Dewan Penggalang 30 memberitahu saya bahwa mereka sudah berada di lantai 3, tempat ibu saya dirawat. Akhirnya, saya menyusul mereka dan saat itu kami berbincang kurang lebih hingga pukul 16.58 yang diakhiri dengan membaca surat Yaasin dan ayat-ayat Al-Quran lainnya.

    Setelah mereka pulang, saya kembali ke ruang operasi, dan ternyata ibu masih belum keluar. Berjam-jam kami menunggu. Yang saya, kakak-kakak saya, dan ayah saya rasakan saat itu adalah rasa khawatir, gemetar, sedih,  dan rasa takut, karena yang kami lihat pasien lain sudah selesai dan keluar dari ruangan tersebut. Namun, ibu saya yang memiliki nomor urut awal pemanggilan, hingga pukul 19.15 belum juga keluar. Akhirnya, pada jam 20.10 ibu saya baru selesai dan beliau menjadi pasien terakhir yang di operasi, sangat bingung memang tapi apalah daya, yang terpenting adalah semuanya lancar dan beliau selamat. Saat itu, pintu ruangan terbuka, dan penunggu pasien tidak boleh masuk. Disini, ibu masih belum tersadar sepenuhnya, namun ada suatu peristiwa yang sangat menyentuh hati saya, yaitu ketika ibu dari dalam menyodorkan tangan kepada kami dan yang dia ucapkan adalah “mana bapak ? hoyong salim ka bapak, hayong dicium ku bapak” (itu menggunakan bahasa sunda). Disitu, ayah saya langsung menghampiri ibu dan mencium kening ibu. Dari awal hingga akhir perasaan saya adalah sedih, dan ingin menangis. Namun, saya tidak bisa, saya tidak mau meneteskan air mata saya didepan kedua orang tua, apalagi ibu. Karena satu tetes air mata anak adalah seribu tetesnya air mata ibu, dan sakitnya anak akan terasa sangat sakit bila ibu mengetahui. Dan dari peristiwa itu, saya bisa menyimpulkan bahwa mulianya seorang istri yang telah memiliki anak, ketika diberi izin oleh suami untuk menjalani suatu operasi. Dan selalu berbagi rasa syukur atas keselamatan yang ibu saya dapatkan.

    Di malam itu, ibu masih belum bisa sadar total, walaupun sudah kembali kedalam ruang perawatan. Rasa panik adalah yang kami rasakan saat itu, mengingat ibu yang masuk ruang operasi pukul 11.00 dan keluar pukul 20.10,  dan di pukul 21.13 masih belum sadar total. Penunggu pasien yang lain pun ikut merasakan ke-panikan dan ke-khawatiran yang kami sangat kami rasakan. Akhirnya, setelah ibu istirahat dan terbangun di pagi harinya, ibu mulai sadar dengan sempurna walaupun rasa mual dan pusing akibat pengaruh obat biusnya masih ada. Di hari ini, saya memutuskan untuk tidak sekolah, yang saya pikir bila saya sekolah yang akan memberi obat untuk ayah dan membasuh muka ibu saya siapa ? karena kedua kakak saya tidak mengetahui obat yang mana saja yang harus ayah minum, terlebih kedua kakak saya tidak tidur di Rumah Sakit. Namun, setiap pagi mereka selalu datang melihat keadaan ibu dan ayah.

    Sore harinya ibu boleh pulang, walau masih dengan keadaan mual dan pusing. Untuk sekarang, masih belum jelas apakah penyakit tumor yang ibu alami adalah tumor ringan atau tumor ganas, karena masih dalam proses penelitian. Namun, semoga penyakit ini cukup sampai disini dan tidak berlanjut lagi. Karena saat ibu sakit, tidak ada penghibur di dunia ini. Intinya, kami masih membutuhkan do’a dari semuanya agar penyakit ini sama sekali tidak berkepanjangan.

Sekian..


Terimakasih..





*terimakasih juga untuk do’a dari semuanya

Lhagosyiah . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates